Jumat, 14 Desember 2007

Bahasaku, Bahasa Indonesia

Baru-baru saja aku dikirim ke Pusat Bahasa di Jakarta untuk mewakili universitasku dalam acara Seminar Bahasa se-Indonesia. Pengalaman yang benar-benar baru bagiku, bukan ke Jakartanya, tapi menghadiri seminar dengan peserta yang benar-benar berasal dari Sabang sampai Merauke ini. Aku merasa seperti melihat sebuah miniatur kebudayaan yang dikumpulkan menjadi satu. Kami berbicara dengan berbagai logat, namun tetap dengan satu bahasa, bahasa Indonesia, bahasa yang di dalam Sumpah Pemuda telah disepakati bersama sebagai bahasa yang kita junjung tinggi, bahasa persatuan.

Di sana kami membahas segala permasalahn yang berhubungan dengan bahasa Indonesia dan peran generasi muda dalam meningkatkan jati diri bangsa melalui bahasa dan sastra. Kita dapat melihat dalam kenyataan yang ada dimasyarakat sekarang, banyak generasi muda yang tampak tidak percaya diri apabila berbicara hanya dengan menggunakan bahasa Indonesia. Mereka cenderung lebih PD apabila berbicara dengan mencampurkan bahasa asing. Mereka seolah-olah merasa lebih intelek apabila dapat melakukan campur kode maupun alih kode tersebut.

Kadang aku sendiri heran, kenapa kita orang Indonesia malu menggunakan bahasanya sendiri, kita lebih bangga apabila mampu menggunakan bahasa orang. Apa ini yang kita sebut dengan merdeka? Aku malah merasa sejujurnya kita ini belum merdeka, hanya luarnya saja yang merdeka, tapi di dalamnya, mental kita tetap saja terjajah dengan segala sesuatu hal yang berasal dari kebudayaan asing.

Aku juga takut dan merasa sangsi, akankah bahasa persatuan kita ini akan tetap abadi menjadi bahasa persatuan? Jangan sampai kita menjadi bangsa yang tidak mempunyai kepribadian dengan menggunakan bahasa orang lain sebagai bahasa persatuan. Biarkanlah bangsa lain yang seperti itu, jangan bangsa kita.

Kasus ini tidak hanya terjadi pada bahasa persatuan saja, bahkan bahasa daerah pun sekarang semakin jarang digunakan. Seharusnya kita dapat meletakkan kedua bahasa inisesuai dengan fungsi dan posisinya. Saat kita di daerah, gunakanlah bahasa daerah, saat kita dalam suasana formal gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kita harusnya bangga dengan keanekaragaman bahasa yang kita miliki. Jangan malah disia-siakan. Ketika nantinya salah satu bahasa maupun budaya kita ini diculik maupun diakui oleh negara lain baru kita akan merasa seperti kebakaran jenggot. Ini bukan salah mereka, tapi salah kita sendiri yang menyia-nyiakannya.


Dan kita juga jangan terus menyalahkan pemerintah saja dalam hal ini. Marilah kita jaga dan lestarikan bersama bahasa dan kebudayaan kita ini. Mulailah dari diri kita masing-masing, sadari apa yang menjadi hak dan kewajiban kita, baik sebagai individu maupun warga negara Indonesia. Dan yang terpenting, jangan pernah malu menjadi orang Indonesia, karena sekali saja kita merasa malu, selamanya kita tidak akan pernah menyadari arti bangsa kita sendiri.

2 komentar:

alia pewe mengatakan...

tapi mbak, kl aku di sekolah ya
belajar EYD tu susaaa bgt
walopun kl nglyat tulisan2 yg " gaol " jg rasanya pusiing krn susa bet ngebacanya
cm kan tulisan2 it yg biasanya dipakai oleh remaja2 masa kini ( ceile :p )
aku sendiri nulisnya masi campur aduk bgini, ahaha
masi blm menggunakan bahasa indonesia yg baik dan bnar :p

mbak nisha bisa menerapkan menggunakan bahasa indonesia yg baik dan benar di kehidupan sehari2 ? :)

Putri Wanasita mengatakan...

wah pasti seru tuh :)