Minggu, 30 Oktober 2011

Siapa Bilang Jadi Guru Itu Mudah?




Kalau ada orang di luar sana yang bilang bahwa jadi guru itu gampang, maka saya akan dengan senang hati mempersilakan orang itu datang ke tempat kerja saya kemudian menggantikan saya sebagai guru, bukan untuk sehari tapi untuk satu tahun ajaran. Kita lihat apakah sesudah itu pendapatnya akan tetap sama?

Menjadi seorang guru tidaklah semudah yang disangka kebanyakan orang. Menurut saya pribadi, berprofesi sebagai seorang guru itu bukanlah pekerjaan yang gampang. Tanggungjawab sebagai seorang pendidik dan pengajar tidak dapat dipandang sebelah mata Dalam hal mendidik dan mengajar misalnya, siswa berpikir sekali maka gurunya akan berpikir dua kali lipat, siswa belajar sekali maka guru belajar dua kali lipat, siswa pintar untuk dirinya sendiri maka guru harus menjadi pintar untuk semua siswanya. Belum lagi tugas sebagai seorang teladan bagi siswanya. Guru yang notabene hanyalah manusia biasa dituntut harus sempurna moral dan akhlaknya. Tidak boleh salah karena nanti akan ditiru siswanya. Mulai dari bertingkah laku, bergaul, berbicara sampai dengan berpakaian seorang guru harus mampu menjadi contoh yang baik untuk siswanya. Kadang hal ini membuat saya berpikir, adakah waktu luang bagi si guru untuk menjadi dirinya sendiri?

Tanggungjawab moral menurut saya pribadi adalah hal yang terberat dari menjadi seorang guru. Apakah siswa mengerti dengan pelajaran yang kita ajarkan? Apakah mereka suka dengan metode pengajaran kita? Seberapa paham mereka dengan pelajaran yang saya ajar? Dan masih banyak pertanyaan akan kekhawatiran seperti itu. Apalagi kalau guru itu diperbantukan untuk mengajar mata pelajaran yang guru pengajarnya tidak ada, semakin gencar kekhawatiran itu mendera. Melihat dan mengalami hal ini secara pribadi membuat saya akhirnya paham dengan pepatah yang sering dikatakan oleh orang tua dulu bahwa menjadi seroang guru itu sebelah kaki kita ada disurga dan sebelahnya ada di neraka. Sudah tuntas dan jelaskan didikan dan ajaran yang kita berikan? Sudah benarkah contoh yang kita berikan selama ini? Jawaban dari pertanyaan ini yang akan menentukan dimana kita berakhir.

Tugas guru bukan hanya mendidik dan mengajar siswa, tapi juga membuat administrasi berupa perangkat dan kelengkapan bahan pengajaran. Seringanya pergantian kurikulum yang terjadi ditubuh pendidikan Indonesia membuat tugas ini menjadi tantangan tersendiri bagi para guru. Karena tiap kali perubahan itu terjadi maka perangkat yang dibuat pun harus disesuaikan dengan kurikulum yang terbaru.

Belum selesai sampai disini, masih ada tugas tambahan entah itu menjadi wali kelas, Pembina OSIS, Pembina Pramuka atau Pembina Ekstra Kurikuler lainnya. Dan tugas tambahan ini lazim didapatkan seorang guru apalagi guru yang sudah berstatus PNS. Tugas yang terberat menurut saya adalah menjadi wali kelas. Selama satu tahun ajaran kita menjadi wali salah satu kelas yang ada di sekolah. Semua permasalahan yang ada di kelas itu menjadi urusan dan tanggung jawab kita. Iya kalau semua siswanya mudah diatur, kalau ternyata harus menjadi wali dari kelas yang siswanya susah diatur maka hal itu akan jadi beban tambahan yang harus kita tanggung untuk satu tahun ke depan, sanggup atau tidak?

Nah, sekarang masih adakah yang akan mengatakan atau beranggapan bahwa menjadi guru itu mudah? Kalau iya, maka empat jempol saya tujukan padanya, bravo.

Senin, 10 Oktober 2011

Kembali Lagi

Wooww..kaget juga waktu buka blog ternyata terakhir aku posting disini bulan Juni yang lalu. Bukannya sudah bosan, tapi situasi dan kondisi tidak memungkinkan. Diawali dengan panggilan untuk Diklat Prajabatan yang mendadak kemudian disambung dengan libur Ramadhan lalu awal semester baru tahun 2011/2012, lengkaplah sudah rangkaian hambatan untuk posting karena aku ngga ada waktu untuk online.

Semester ini kesibukan di sekolah dan pekerjaanku menumpuk. Mulai dari adanya Awareness ISO untuk sekolah, dimana kami para guru harus ngebut menyiapkan perangkat dan teman-temannya, belum lagi ngurus kenaikan pangkat, dan perubahan gaji. Ditambah lagi urusan non pekerjaan. Huaaahhh...mungkin memang benar ya kalau tahun kedua dalam menjalani suatu proses, baik hubungan maupun pekerjaan, adalah tahun yang penuh tantangan. Kalu kita sabar dan bertahan maka kita akan menang, tapi kalau sebaliknya maka kita akan gagal.

Aku hanya bisa berdoa dan berusaha agar dapat menghasilkan yang terbaik. Amin..