Barusan tadi ada kuliah sosiolinguistik, kita membahas masalah Bahasa dan Gender, and kebetulan topik hari ini itu adalah Bahasa Perempuan,,,
Pembicaraan pun mengalir hingga sampai kedaerah kebudayaan, nah saat membicarakan masalah kebudayaan inilah ada salah satu teman yang bertanya kepada dosenku, pertanyaannya seperti ini "Pa, apakah ada akulturasi/kulturasi yang bersifat statis?"
Trus dosenku jawab "Yang namanya kultur ato budaya itu ga ada yang bersifat statis, yang ada malah bersifat dinamis, lagipula sampai sekarang banyak penelitian yang mengatakan demikian, belum ada penelitian yang membuktikan klo budaya itu sifatnya statis. "
Mahasiswa yang laen termasuk aku cuma angguk2 kepala, entah paham ato ga sebenarnya hehe,,
Tiba2 tanpa peringatan dan aba2, ada temenku yang angkat tangan, tampaknya dia ingin bertanya juga kepada dosenku, ternyata benar tebakanku, dia pun akhirnya menyarakan pertanyaannya "Pak, mengenai kultur yang bersifat statis tadi, Bapa bilang kan ga ada, tapi menurut saya ada pa, yaitu Al-Qur'an, dari dulu ampe sakarang kan Al-Qur'an tuh ga pernah berubah sama sekali pa, dan Islam itu adalah agama yang tetap menurut saya itu bukti bahwa ada kebudayaan yang bersifat statis pa!"
Nah lo, seketika ada bunyi 'toeng' dikepalaku, temenku satu ini memang rada2 fanatik ama agama Islam (jangan salah sangka, gw juga Islam kok hehe,,)
Kayanya dia ga mudeng ama pernyataan bapa tadi, ato emang dia ga ngerti ama definisi kebudayaan itu ndiri. Akhirnya dosenku pun menjelaskan lagi, bahwa menurut dia Islam itu justru agama paling dinamis dimuka bumi, contohnya saja bentuk mesjid, bedakan ditiap negara maupun daerah, tapi isinya tetap sama. Beda dengan agama lain yang bentuk rumah ibadahnya sama disemua wilayah maupun negara,,
dan kata dosenku juga Al-Qur'an itu bukan budaya, tapi orang yang menyiarkan tentang isinya, ato pun tempat percetakannya itulah yang disebut dengan budaya, karena kebudayaan itu asalnya dari manusia, ato dengan kata lain diciptakan oleh manusia. Setelah menjelaskan dengan panjang lebar, untung ga sampe berbuihan mulutnya, akhirnya dosen ku mengembalikan pertanyaan itu pada temanku."Gimana? Kamu mengerti?"
Si temanku itu cuma angguk2 kepala, entah paham ato tidak, tapi aku curiga dia tidak paham juga.
Intinya,,saat membicarakan tentang budaya, jangan sekali2 mencoba menghubungkannya dengan agama, apa pun agamanya, karena yang ada kita malah akan tambah bingung. Lagipula menurut aku, budaya dan agama itu adalah dua kutub yang berbeda yang terkadang saling menarik tapi tak jarang juga saling menolak,makanya saat mebicarakan keduanya terkadang kita akan bertamu dengan jalan buntu ato sudut2 yang kasat mata tapi sangat menghalangi kita saat ingin melewatinya,,,
ga percaya,,coba aja sendiri !!!
Pembicaraan pun mengalir hingga sampai kedaerah kebudayaan, nah saat membicarakan masalah kebudayaan inilah ada salah satu teman yang bertanya kepada dosenku, pertanyaannya seperti ini "Pa, apakah ada akulturasi/kulturasi yang bersifat statis?"
Trus dosenku jawab "Yang namanya kultur ato budaya itu ga ada yang bersifat statis, yang ada malah bersifat dinamis, lagipula sampai sekarang banyak penelitian yang mengatakan demikian, belum ada penelitian yang membuktikan klo budaya itu sifatnya statis. "
Mahasiswa yang laen termasuk aku cuma angguk2 kepala, entah paham ato ga sebenarnya hehe,,
Tiba2 tanpa peringatan dan aba2, ada temenku yang angkat tangan, tampaknya dia ingin bertanya juga kepada dosenku, ternyata benar tebakanku, dia pun akhirnya menyarakan pertanyaannya "Pak, mengenai kultur yang bersifat statis tadi, Bapa bilang kan ga ada, tapi menurut saya ada pa, yaitu Al-Qur'an, dari dulu ampe sakarang kan Al-Qur'an tuh ga pernah berubah sama sekali pa, dan Islam itu adalah agama yang tetap menurut saya itu bukti bahwa ada kebudayaan yang bersifat statis pa!"
Nah lo, seketika ada bunyi 'toeng' dikepalaku, temenku satu ini memang rada2 fanatik ama agama Islam (jangan salah sangka, gw juga Islam kok hehe,,)
Kayanya dia ga mudeng ama pernyataan bapa tadi, ato emang dia ga ngerti ama definisi kebudayaan itu ndiri. Akhirnya dosenku pun menjelaskan lagi, bahwa menurut dia Islam itu justru agama paling dinamis dimuka bumi, contohnya saja bentuk mesjid, bedakan ditiap negara maupun daerah, tapi isinya tetap sama. Beda dengan agama lain yang bentuk rumah ibadahnya sama disemua wilayah maupun negara,,
dan kata dosenku juga Al-Qur'an itu bukan budaya, tapi orang yang menyiarkan tentang isinya, ato pun tempat percetakannya itulah yang disebut dengan budaya, karena kebudayaan itu asalnya dari manusia, ato dengan kata lain diciptakan oleh manusia. Setelah menjelaskan dengan panjang lebar, untung ga sampe berbuihan mulutnya, akhirnya dosen ku mengembalikan pertanyaan itu pada temanku."Gimana? Kamu mengerti?"
Si temanku itu cuma angguk2 kepala, entah paham ato tidak, tapi aku curiga dia tidak paham juga.
Intinya,,saat membicarakan tentang budaya, jangan sekali2 mencoba menghubungkannya dengan agama, apa pun agamanya, karena yang ada kita malah akan tambah bingung. Lagipula menurut aku, budaya dan agama itu adalah dua kutub yang berbeda yang terkadang saling menarik tapi tak jarang juga saling menolak,makanya saat mebicarakan keduanya terkadang kita akan bertamu dengan jalan buntu ato sudut2 yang kasat mata tapi sangat menghalangi kita saat ingin melewatinya,,,
ga percaya,,coba aja sendiri !!!
2 komentar:
iya mampir balik....oggixnya gi error CC dach maksi blm??
ass...mnrtq agama vs budaya tdk bs dipisahkan. budaya panduannya adalah agama. he...akhrx ksmpaian jg.
Posting Komentar